Energi merupakan komponen penting
untuk menunjang aktivitas dan usaha produktif maupun dalam menghasilkan barang
dan jasa. Sumber energi dapat berasal dari energi fosil, energi matahari, air,
angin atau energi dari sumber daya hayati (bioenergi). Kelangkaan bahan bakar
minyak sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Persediaan minyak bumi di dunia makin
lama makin menipis dan harganya makin melonjak. Seiring dengan perkembangan
teknologi, kebutuhan akan sumber energi makin meningkat, terutama dari minyak
bumi. Untuk itu, sumber energi selain minyak bumi sangat diperlukan salah
satunya adalah bioenergi.
Menurut Hambali, dkk (2007),
bionergi merupakan sumber energi (bahan bakar) yang dihasilkan oleh sumber daya
hayati seperti tumbuh-tumbuhan, minyak nabati, dan limbah peternakan dan
pertanian. Jenis energi yang dihasilkan berupa energi dalam bentuk gas (biogas), cair (biofuel), atau padat (biomass).
Energi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk menghasilkan panas (kalor),
gerak (mekanik), dan listrik tergantung pada alat yang digunakan dan kebutuhan
dari pengguna. Dengan kekayaan dan keragaman sumber daya hayati yang ada di
Indonesia, pemanfaatan bioenergi merupakan pilhan yang tepat dalam rangka
penyediaan energi yang terbarukan, murah, dan ramah lingkungan.
Salah satu sumber energi terbarukan
yang berasal dari sumber daya alam hayati adalah biogas. Biogas
adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari
bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah
domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik
yang biodegradable dalam kondisi anaerobik ( Floresia, 2013). Namun sampai saat ini pemanfaatan
limbah kotoran ternak dan yang lainnya sebagai
sumber bahan bakar dalam bentuk biogas ataupun bioarang sangat kurang karena
teknologi dan produk tersebut merupakan hal yang baru di masyarakat. Padahal
biogas merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan,
dapat dibakar seperti gas elpiji (LPG) dan dapat dugunakan sebagai sumber
energi penggerak generator listrik ( Musanif, dkk 2006 ; Sugiyono, 2010).
Teknologi biogas telah dikembangkan di
berbagai negara, Denmark sejak tahun 1970-an serta Cina dan India sejak tahun
1980-an (Raven dkk, 2005; Setyo, 2005). Teknologi
biogas bukanlah merupaka teknologi baru di Indonesia, sekitar tahun 1980-an
sudah mulai diperkenalkan. Namun sampai saat ini belum mengalami perkembangan
yang menggembirakan. Beberapa kendala antara lain yaitu kekurangan technical
expertise, reaktor biogas tidak berfungsi akibat bocor/ kesalahan konstruksi,
disain yang tidak ramah lingkungan, membutuhkan penanganan secara manual ( pengumpanan/
mengeluarkan lumpur dari reactor ) dan biaya konstruksi yang mahal( Widodo, dkk 2006).
Biogas termasuk teknologi energi yang
multifungsi karena residu proses biogas juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
berkualitas tinggi. Selain itu pemanfaatan metana dalam biogas merupakan
tindakan ramah lingkungan karena tanpa dimanfaatkan metana hasil penguraian
limbah secara natural akan terlepas dan mencemari atmosfer sebagai salah satu gas
rumah kaca. Biogas dapat dimanfaatkan untuk pembangkitan panas dan listrik,
bahan bakar kendaraan bermotor, injeksi ke dalam sistem perpipaan gas dan
dikonversi menjadi bahan kimia yang lain (Kangmin dan Wan Ho, 2006). Biogas yang dialirkan melalui alat
filter biogas menuju generator biogas sehingga menghasilkan energi listrik,
kemudian energi listrik yang dihasilkan dipergunakan untuk menghidupkan alat
gerinda listrik ( Wahono, dkk
2010 ).
Prospek pengembangan teknologi
biogas ini sangat besar terutama di daerah pedesaan dimana sebagian besar masyarakatnya bekerja dibidang peternakan dan
pertanian yang
masih menggunakan minyak, gas LPG, dan kayu sebagai sumber bahan bakar
yang nantinya dapat di gantikan oleh biogas ( Darmawi, 2009 ). Pada
umunya masyarakat yang berprofesi sebagai petani mempunyai hewan ternak seperti
unggas, kambing, sapi, kerbau, dll. Selama ini limbah kotoran ternak hanya
dimanfaatkan sebagai pupuk itupun kurang optimal. Limbah kotoran ternak yang
menumpuk menimbulkan efek pencemaran seperti pencemaran terhadap air tanah,
pencemaran terhadap udara, dan memicu timbulnya efek rumah kaca. Untuk itu
dikembangkan teknologi baru untuk memanfaatkan dan menaikkan nilai ekonomis
dari limbah tersebut salah satunya dengan jalan memanfaatkannya sebagai bahan
baku pembuatan biogas.
Pemanfaatan limbah ternak ini sanagat penting di aplikasikan khususnya pada daerah pedesaan karena
banyaknya potensi yang terdapad di pedesaan namun masih kurangnya informasi dan
sumber daya masyarakat yang masih rendah yang
menjadikan potensi tersebut tidak dapat di manfaatkan secara maksimal. Maka dari
itu sangat penting dilakukan penyuluhan ke desa - desa dengan
tujuan meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat pedesaan. Dengan pemanfaatan potensi yang sudah ada ini dapat menunjang dan mendukung kebutuhan infrastruktur suatu desa seperti
contoh pada sampel desa yang telah kami kunjungi yaitu kurangnya penerangan
jalan. Biogas ini nantinya akan dapat dimanfaatkan untuk penerangan jalan
sehingga masyarakat tidak perlu lagi mengeluarkan biaya pribadi untuk hal tersebut . Dengan demikian masyarakat dapat mengurangi pengeluaran dan dapat meningkatkan kesejahteraanya.
0 komentar:
Posting Komentar